Selasa, 23 Desember 2014

PSIKOLOGI MOTIVASI

I. PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Motivasi adalah faktor yang mendorong perilaku manusia untuk melakukan suatu tindakan. Banyak sekali orang yang salah mengartikan tindakan seseorang yang di luar rasional manusia. Contohnya perilaku orang-orang Abnormal, yang memiliki gangguan. Entah gangguan pada pola makan, seks, atau mental. Semua ini tak luput dari faktor motivasi yang mempengaruhinya. Disamping faktor internal, motivasi pun timbul karena rangsangan faktor eksternal atau lingkungan sekitar. Banhyak ahli yang mencoba membahas dan mengupas tentang motivasi dengan cara membentuk teori-teori. Diantaranya yang terkenal adalah teori Hirarki yang di bentuk oleh Abraham Maslow. Masih banyak lagi teori lainya yang akan di bahas pada makalah ini.

1.2 Rumusan Masalah:
1.   Apa yang dimaksud dengan Motivasi ?
2.  Apa saja teori-teori yang membahas tentang Motivasi ?
3.  Apakah hubungan Disorder (gangguan) dangan Motivasi ?

II. PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN MOTIVASI
Istilah motivasi digunakan untuk menjelaskan adanya daya atau kekuatan yang mendorong dan mengarahkan organisme untuk melakukan aktivitas tertentu. Di sini perlu diketahui bahwa beberapa ahli secara tidak lansung menyebut kata motivasi seperti William James, William McDougal, Konrad Lorenz dan Niko Timbergen menyebutnya dengan insting, Sigmund Freud dengan istilah energi psikis, Robert Session Woodworth dan Clark Hull dengan drive, Kurt Lewin dengan force atau vector Skinner dengan reinforcement serta Abraham Maslow dan Alderfer dengan kebutuhan (need). Istilah tersebut di atas dalam konteksnya masing-masing berkonotasi dengan motivasi. Kurang lebih ditemukan 102 istilah  definisi dan statemen-statemen yang berkonotasi dengan  motivasi dalam tulisan-tulisan dan topik-topik yang berbeda. Sekalipun terdapat banyak definisi yang berbeda, tapi secara umum memberikan gambaran bahwa karakteristik dari motivasi adalah wilayah yang berfungsi mengaktifkan perilaku.
Sehubungan dengan pengertian motivasi sebagai daya atau kekuatan yang mendorong dan mengarahkan organisme untuk melakukan aktivitas tertentu tadi,   dapat  disimak beberapa pendapat para ahli tentang motivasi sebagai berikut:
McMachon dan McMachon (1986), menyatakan bahwa motivasi merupakan suatu proses yang mengarah pada pencapaian suatu tujuan. 
Menurut Teevan dan Smith (1967), motivasi adalah suatu konstruksi yang mengaktifkan dan mengarahkan prilaku dengan cara memberi dorongan atau daya pada organisme untuk melakukan suatu aktivitas. 
Petri (1981 & 1996), menyatakan bahwa motivasi merupakan suatu konsep yang digunakan untuk menjelaskan adanya kekuatan di dalam organisme yang mendorong dan mengarahkan perilaku.
Membahas tentang motivasi, maka yangtercakup di dalamnya adalah arah dan persistensi . Motivasi merupakan penggerak dan pemberi arah dalam proses munculnya perilaku serta pemberdaya terhadap perilaku yang ada, sehingga perilaku tersebut tetap persisten (berkesinambungan) sampai tujuan tercapai. Motivasi sebagai pemberi arah, tentunya arah dimaksud tertuju pada objek yang berkaitan dengan tujuan perilaku. Atau sebaliknya, mengarahkan untuk menghindari objek dimaksud. Oleh karena itu motivasi dapat dikatakan pula sebagai kontrol terhadap perilaku .Di sini dapat dipahami, bahwa dengan adanya motivasi maka akan muncul suatu proses yang mendorong dan mengarahkan organisme pada suatu tindakan tertentu dan berlangsung secara persisten sehingga tujuan tercapai.

2.2 MOTIVASI DALAM BERBAGAI PENDEKATAN DAN TEORI
A. MOTIVASI DALAM PENDEKATAN KOGNITIF
Pendekatan ini memandang bahwa motivasi yang mendorong organisme atau menggerakkan dan mengarahkan organisme untuk melakukan tindakan tertentu tersebut, distimulasi oleh dua faktor, yaitu:
faktor  internal seperti haus, lapar, rasa sakit dan kondisi-kondisi fisiologis yang lain. Contohnya: Kondisi lapar akan mendorong individu untuk untuk pergi ke ruang makan atau mencari restoran dan rasa haus akan mendorong individu untuk membuka lemari pendingin untuk mengambil minuman.
faktor eksternal yaitu stimulasi-stimulasi yang datangnya dari lingkungan. 
Contohnya: Irama musik memotivasi orang untuk berdansa, atau seseorang yang masuk perguruan tinggi, dengan maksud untuk mendapatkan gelar sarjana (Dekkers, 20001). 
Namun ada yang harus diperhatikan, sekalipun motivasi dapat distimulasi oleh faktor eksternal, keberadaan motivasi tetap ada pada dunia internal yaitu di dalam organisme. Dalam kaitannya dengan kemunculan motivasi, dominasi dari salah satu faktor di atas, akan menentukan kualitas dari motivasi yang dimaksud. 
Apabila yang dominan faktor eksternal, maka motivasi yang ada dikatagorikan pada motivasi ekstrinsik. Motivasi ekstrinsik, biasanya dipicu oleh objek eksternal yang berkaitan dengan kebutuhan dasar. Misalnya orang melakukan aktivitas dalam rangka untuk mendaptkan makanan dan minuman. 
Apabila yang dominan adalah faktor internal, maka motivasi dimaksud dikatagorikan sebagai motivasi intrinsik. Orang yang melakukan sesuatu didasari oleh motivasi intrinsik, akan mendapatkan kepuasan tidak pada hasil (outcome) yang berkaitan dengan imbalan terutama materi yang berkaitan dengan aktivitas tersebut; akan tetapi kepuasan yang didapat terletak pada aktivitas itu sendiri.
Motivasi, baik yang intrinsik ataupun ekstrinsik adalah kondisi internal yang merupakan kekuatan atau dorongan yang ada dalam organisme. Motivasi ekstrinsik cenderung mengarahkan perilaku untuk mendapatkan kompensasi atau insentif dari dunia eksternal, baik yang berupa materi atau non materi.


B. MOTIVASI DALAM PENDEKATAN EVOLUSIONER
Adalah pendekatan yang menekankan pada fungsi dari tujuan untuk menjelaskan bagaimana suatu perilaku terbentuk, berkembang,dan bertahan.Dalam motivasi pendekatan ini,lebih ditekankan peran dari naluri atau insting. Motivasi hanya terjadi karena adanya dorongan oleh hal-hal tersebut. Contoh: misalnya yaitu naluri untuk mempertahankan hidup dan berketurunan, dengan insting tersebut maka setiap manusia mempunyai motivasi untuk memenuhi kebutuhan didalam hidupnya agar ia bisa bertahan hidup.

C. TEORI-TEORI MOTIVASI
Untuk memahami teori mengenai motivasi, bisa dilihat dari cara pendekatannya, baik yang  instingtif, behavioris ataupun yang kognitif. Pendekatan instingtif sering disebut dengan istilah pendekatan fisiologis atau biologis. Pendekatan behavioris atau pendekatan yang didasarkan pada teori belajar mencakup teori drive, insentif, kondisioning klasik, kondisioning operan dan modeling. Pendekatan kognitif meliputi teori keseimbangan kognitif, harapan, efek sosial dan pertumbuhan. Begitu banyak teori tentang motivasi hanya saja karna jangkauanya terlalu luas, maka dalam pembahasan ini akan kami persempit dengan memberi contoh kasus yang didasari  dua teori yang dianggap dapat menjadi gambaran utuh dari semua teori motivasi yang ada, teori-teori itu antara lain:

1. MOTIVASI DALAM TEORI KESEIMBANGAN
Setiap manusia menginginkan segala sesuatu berjalan seimbang. Kebutuhan untuk mencari keseimbangan inilah yang akan menimbulkan dorongan atau motivasi untuk berbuat sesuatu. Setelah perbuatan itu dilakukan, maka tercapailah keadaan seimbang dalam diri individu, dan timbul perasaan puas, gembira, aman dan sebagainya. Kecenderungan untuk mengusahakan keseimbangan dari ketidakseimbangan terdapat pada tiap organisme dan manusia. Hal ini disebut sebagai prinsip Homeostasis.

2. MOTIVASI DALAM TEORI HIRARKI
Dikemukakan oleh Abraham Maslow berpendapat bahwa kondisi manusia berada dalam kondisi mengejar yang bersinambung. Jika satu kebutuhan terpenuhi, langsung kebutuhan tersebut diganti oleh kebutuhan lain. motivasi manusia menurutnya dipengaruhi lima faktor penting yang membentuk bangunan piramida, sesuai dengan tingkat besar-kecilnya kebutuhan yang mempengaruhi motivasi tersebut, yaitu: 
• Aktualisasi diri: keinginan akan kebebasan bertingkah laku tanpa hambatan dari luar untuk menjadikan diri sendiri sesuai dengan citra dirinya.
• Penghargaan: keinginan untuk memperoleh penghargaan.
• Sosialisasi: kebutuhan untuk berhubungan dengan sesama dan cinta kasih.
• Keamanan : kebutuhan akan rasa aman.
• Psikologis dan biologis :
~ kebutuhan psikologis seperti kebutuhan akan kesenangan dan kebahagiaan.
~ Kebutuhan biologis seperti lapar dan haus.

3. MOTIVASI DALAM TEORI EKSISTENSI-RELASI-PERTUMBUHAN
Teori motivasi ini yang dikenal sebagai teori ERG sebagai singkatan dari Existence, Relatedness, dan Growth needs, dikembangkan oleh Alderfer, dan merupakan satu modifikasi dan reformulasi dari teori tata tingkat kebutuhan dari Maslow. Alderfer mengelompokkan kebutuhan ke dalam tiga kelompok:
• Kebutuhan eksistensi (existence needs), merupakan kebutuhan akan substansi material seperti keinginan untuk memperoleh makanan, air, perumahan, uang, mebel, dan mobil.
• Kebutuhan hubungan (relatedness needs), merupakan kebutuhan untuk membagi pikiran dan perasaan dengan orang lain dan membiarkan mereka menikmati hal-hal yang sama dengan kita.
• Kebutuhan  pertumbuhan (growth needs), merupakan kebutuhan-kebutuhan yang dimiliki seseorang untuk mengembangkan kecakapan mereka secara penuh
Teori ERG menyatakan bahwa kebutuhan-kebutuhan eksistensi, hubungan dan pertumbuhan terletak pada satu kesinambungan kekonkretan, dengan kebutuhan eksistensi sebagai kebutuhan yang paling konkret dan kebutuhan pertumbuhan sebagai kebutuhan yang paling kurang konkret (abstrak).


4. MOTIVASI DALAM TEORI DUA FAKTOR ( X dan Y )
Teori dua faktor dinamakan teori hygiene-motivasi dikembangkan oleh Herzberg. Menggunakan metode insiden kritikal, ia mengumpulkan data dari 203 akuntan dan sarjana teknik. Faktor-faktor yang menimbulkan kepuasan kerja, yang ia namakan faktor motivator, mencakup faktor-faktor yang berkaitan dengan isi dari pekerjaan, yang merupakan faktor intrinsik dari pekerjaan yaitu:
Tanggung jawab (responsibility)
Kemajuan (advancement)
Pekerjaan itu sendiri
Capaian (achievement)
Pengakuan (recognition)
Kelompok faktor yang lain yang menimbulkan ketidakpuasan, berkaitan dengan konteks dari pekerjaan dengan faktor-faktor ekstrinsik dari pekerjaan,  meliputi faktor-faktor:
Administrasi
Penyeliaan
Gaji
Hubungan antarpribadi
Kondisi kerja

5. MOTIVASI DALAM TEORI MOTIVASI BERPRESTASI (Achievement motivation)
Teori motivasi berpretasi dikembangkan oleh David McClelland. Sebenarnya lebih tepat teori ini disebut teori kebutuhan dari McClelland , karena ia tidak saja meneliti tentang kebutuhan untuk berprestasi (need for achievement), tapi juga tentang kebutuhan untuk berkuasa (need for power), dan kebutuhan untuk berafiliasi/ berhubungan (need for affiliation). Hanya saja Penelitian yang paling banyak dilakukan adalah penelitian terhadap kebutuhan untuk berprestasi.
Kebutuhan untuk Berprestasi (Need for Achievement)
Kebutuhan untuk berkuasa ialah adanya keinginan yang kuat untuk mengendalikan orang lain, untuk mempengaruhi orang lain, dan untuk memiliki dampak terhadap orang lain.
Kebutuhan untuk berafiliasi (need for affiliation). Kebutuhan yang ketiga ialah kebutuhan untuk berafiliasi (need for affiliation=nAff. Kebutuhan ini yang paling sedikit mendapat perhatian dan paling sedikit diteliti.
2.3  KASUS MOTIVASI DI KEHIDUPAN
HUNGER (rasa lapar)
a) Hubungannya dengan motivasi:
Seperti contoh pendekatan evolusioner kebutuhan instinglah yang memotivasi manusia agar melakukan segala hal supaya ia dapat bertahan hidup. Rasa lapar dalam psikologi merupakan suatu bentuk kebutuhan untuk mempertahankan hidup dan menimbulkan motivasi dari dirinya untuk makan.
b) Faktor biologis dari lapar:
Lapar dapat terjadi karena adanya stimulasi dari suatu faktor lapar, yang akan mengirimkan impuls tersebut ke pusat lapar di otak, yakni hipotalamus bagian lateral, tepatnya di nucleus bed pada otak tengah yang berikatan serat pallidohypothalamus. Otak inilah yang akan menimbulkan rasa lapar pada manusia. Setelah tubuh mendapat cukup nutrisi yang ditentukan oleh berbagai faktor, maka akan mengirim impuls ke pusat kenyang yakni di nucleus ventromedial di hipotalamus. Kemudian tubuh akan merasa puas akan makan, sehingga kita akan berhenti makan.
c) Perilaku makan dan kelainan pola makan
Manusia makan saat ia merasa lapar.Kelaparan yaitu suatu kondisi di mana tubuh masih membutuhkan makanan, biasanya saat perut telah kosong untuk waktu yang cukup lama. Apabila seseorang mempunyai perilaku makan yang berlebihan tanpa diimbangi dengan metabolisme dan aktifitas yang seimbang, maka orang tersebut berpotensi mengalami obesitas. Dan bila kekurangan asupan gizi akan terjadi gangguan (disorder).

OBESITAS
Untuk mengetahui tanda dari obesitas (berat badan berlebih) maka bisa diukur dengan menyamakan ukuran berat badan dengan ukuran Obesitas yang digolongkan menjadi 3 kelompok, yaitu:
Obesitas ringan : kelebihan berat badan 20-40% dari berat badannya
Obesitas sedang : kelebihan berat badan 41-100% dari berat badannya
Obesitas berat : kelebihan berat badan >100% dari berat badannyaObesitas adalah kelebihan berat badan sebagai akibat dari penimbunan lemak tubuh yang berlebihan.


GANGGUAN MAKAN (eating disorder)
Gangguan makan ada dua macam yaitu:
Anorexia nervosa adalah sebuah gangguan makan yang ditandai dengan kelaparan secara sukarela dan stres. Anorexia nervosa merupakan sebuah penyakit kompleks yang melibatkan komponen psikologi, sosial, dan fisiologi. Seseorang yang menderita anorexia disebut sebagai anoreksik., yang berarti orang yang menderita gejala medis kehilangan nafsu makan. Pada Anorexia pada mulanya sang penderita mengurangi porsi makannya untuk melakukan diet tetapi gejala ini memburuk ditandai dengan mengurangi makan secara berlebihan.
Bulimia nervosa adalah kelainan cara makan yang terlihat dari kebiasaan makan berlebihan yang terjadi secara terus menerus,tetapi berusaha agar makanan tidak tercerna. Yang paling sering dilakukan oleh lebih dari orang dengan Bulimia nervosa adalah membuat dirinya muntah (kadang-kadang disebut pembersihan) Pada Bulimia penderita bulimia tidak mengurangi porsi makan mereka, malah makan dalam jumlah besar, kemudian mengeluarkan kembali makanan itu dengan cara memuntahkannya atau dengan minum obat pencuci perut. Mereka percaya bahwa dengan cara ini mereka tidak akan gemuk.
Aneroxia dan bulimia nervosa Sama-sama merupakan gejala  penyakit yang timbul dari motivasi seseorang untuk menghindari kegemukan yang menyebabkan kelainan dalam perilaku makan dan mengakibatkan kekurangan gizi pada penderita.
d) Hubungan dengan motivasi
Menurut kelompok kami hubungan antara Eating disorder dengan Motivasi dapat dijelaskan dengan Teori Motivasi Keseimbangan dan Hirarki Maslow. Bagi penderita anorexia dan Bulimia, mereka memandang bahwa kegemukan merupakan sesuatu yang dianggap tidak seimbang dalam hidup seperti dalam Teori Motivasi Keseimbangan. Untuk itu sang penderita berusaha mengatasi ketidakseimbangan tersebut dengan  mengurangi berat badan. Apabila mereka merasa sudah hal ini sudah seimbang dengan mendapatkan berat badan yang ideal, mereka mencapai tahap kebahagiaan dan dasar untuk mendapatkan kepercayaan diri atau aktualisasi diri, seperti yang dikatakan didalam Hirarki Maslow



III. KESIMPULAN
Motivasi adalah kekuatan yang berada dalam diri seseorang, guna mendorongnya untuk melakukan apapun. Entah hal-hal yang menjadi kebutuhan pokok manusia, hingga hal-hal yang diluar rasional kita. Sehingga motivasi pun harus diarahkan kepada hal yang baik, agar tidak membuatnya menjadi sebuah gangguan (disorder). Gangguan yang disebabkan motivasi pun beraneka ragam, contohnya bulimia dan aneroxia yang sangat berkaitan dengan pola makan manusia. Hanya saja untuk lebih mendalaminya akan dibahas lebih lanjut di bagian “Psikologi Abnormal”. Motivasi terbentuk tak luput dari faktor internal atau dalam diri seseorang itu sendiri, maupun eksternal yang dimaksud lingkungan sekitarnya. Maka bila terjadi gangguan yang terjadi pada diri seseorang, janganlah lupa bahwa kita memiliki andil untuk mengobatinya.

0 komentar:

Posting Komentar